Archive for the ‘Pemikiran’ Category

KH Isa Anshary

KH Isa Anshari

Bila Muhammad Natsir menilai pancasila terkesan positif, Isa Anshari sebagai tokoh Persis yang berhaluan keras terlihat radikal dalam menolak pancasila. Sampai-sampai beliau menegaskan bahwa Persatuan Islam / Persis termasuk kelompok Radikal revolusioner.

Di buku Manifest Perjuangan Persatuan Islam beliau menegaskan “Kalaulah kita menjelajahi perkembangan aliran pikiran dalam masayarakat kaum muslimin – di Indonesia- kita melihat ada tiga aliran cara berpikir dalam memahamkan persoalan agama. Pertama, aliran konservatif-reaksionarisme, aliran beku dan jumud yang secara apriori menolak setiap faham dan keyakinan yang hendak merubah faham. Kedua, aliram moderat-liberalisme, mengetahui mana yang sunnah mana yang bid’ah, mengetahui kesesatan bid’ah, tetapi tidak aktif dan fositip memberantas bid’ah. Ketiga, aliran revolusioner-radikalisme, aliran yang hendak merubah masarakat ini sampai ke akar-akarnya. Persatuan Islam adalah penganut aliran yang ketiga ini.

(more…)

Pandangan M Natsir Terhadap Pancasila

Posted: February 16, 2013 in Pemikiran
M Natsir

M Natsir

Muhammad Natsir merupakan tokoh Persatuan Islam Persis terkemuka yang menerima rumusan pancasila sebagai pedoman negara. Penerimaan tersebut tentu saja dengan syarat asas ketuhanan dijadikan sumber ruhani dan sumber moral dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Bagi Muhammad Natsir negara Islam adalah suatu cita-cita ideal yang tentunya harus diperjuangankan. Demikian diungkap Pepen Irfan Fauzan, S.S M. Hum tenaga ahli kementrian, dalam seminar politik Persis di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Persis (STAIPI) Ciganitri Bandung (9-01).

Pepen menuturkan bahwa Muhammad Natsir memandang substansi pancasila secara positif. Indikasi ini terlihat ketika M. Natsir berkunjung ke Pakistan dan berpidato di depan The Pakistan Institute Of World Affairs pada tahun 1952.

(more…)

her

Herman Ibrahim

SAYA harus minta maaf kepada ilmuwan sejarah untuk mengatakan bahwa sejarah adalah ilmu yang paling tidak ilmiah. Argumen saya adalah bahwa sesuatu dikatakan ilmiah pertama-tama harus objektif. Kedua, proses dan hasilnya harus terukur secara kuantitatif ataupun kualitatif. Ketiga, kebenarannya dapat dibuktikan secara empiris atau paling tidak secara laboratoris. Sejarah menjadi tidak objektif karena sejarah ditulis oleh penguasa dan disebarluaskan lewat kekuasaannya itu. Ukuran kebenarannya paling-paling hanya pada “waktu terjadinya peristiwa” bukan pada substansi. Juga ada kesulitan dalam menguji kebenaran sejarah secara empiris maupun laboratoris karena metodologinya sarat kepentingan kekuasaan.

Dalam penulisan sejarah nasional yang paling dirugikan dan dizalimi adalah Islam. Nyaris semua produk sejarah Indonesia yang diajarkan kepada anak sekolah sejak SD sampai perguruan tinggi adalah sejarah yang anti dan menegasikan Islam. Para pemuda kita dibutakan atas sejarah masa lalu dari kebesaran Islam. Para ilmuwan sejarah pun bisu atau membisukan diri atas penulisan sejarah yang tidak berpihak kepada kebenaran. Determinasi kekuasaan sejak zaman penjajahan Belanda sampai pemerintahan sendiri sangat kuat, tetapi mereka paranoid terhadap Islam.

(more…)